Kamis, 12 November 2015

Mystery of Castle de Evan Doll (Novel)

HI GUYSSSS~ :)

Gw mau sharing cerita novel gw nih xD memang belom selesai, ya maklumlah kalo buat cerita tergantung mood (?). Gw buat novel ini sebenernya udah dari tahun 2014/awal 2015 yah lupa lupa dikit, kadang ada pr sekolah jd gw kerjain dulu, kadang mager jadi gw tinggalin dulu, kadang gw lagi ada ide tp kalo mager ngetik males :') (em sori gais :'') )

Novel ini gw dapet dari inspirasi gw sendiri. Waktu itu gw lagi bengong dan gatau harus ngapain, tiba tiba dapet ide.. ya novel ini, ngalir gitu aja kaya naik perosotan tp airnya dikit jadi bikin pantat panas dan ngadet ngadet (gw pernah ngalamin itu soalnya #hiks)

So... kita cus aja yuk ke novelnya dari pada basa basi gw kepanjangan dan bikin mata kalian minus 5.. CEKIDOT~ (kaya kaskus :'))




Mystery of Castle de Evan Doll


1. BYE MOM

Sekarang sudah saatnya aku berangkat ke bandara, di temani oleh mom tersayang. Mom membantuku membawa kopor yang cukup besar untuk menampung baju yang cukupnya untuk berbulan-bulan. Bahkan aku sendiri bisa masuk ke dalam kopor itu. Mom menatapku dengan sedih, seakan-akan tidak mau membiarkanku pergi ke Negara nun jauh di sana.
Ia merapihkan bajuku sambil tersenyum sedih. “hati-hati ya disana, hubungi mom kalau sudah sampai” kata mom begitu tidak rela membiarkanku pergi.
“aku akan berhati-hati disana mom. Lagi pula ini hanya dua bulan saja disana,” kataku meraih tangannya. “aku tidak akan pergi selamanya kok mom” aku menenangkannya.
Mom memeriksa tasnya dan memberiku sesuatu. “ini, simpanlah.”
“liontin?” seruku menaikkan alis
Mom mengangguk. “iya itu mom dapat sewaktu bertemu ayahmu, sekarang itu jadi milikmu ken.. yah itu memang agak mencolok untuk mahasiswa sepertimu”
“tidak apa-apa mom akan ku simpan baik-baik” kataku. “ah sudah waktunya aku naik. Bye mom, akan tu telpon saat sudah sampai.”
“ken!” teriak mom. Ia lari mendatangiku dan secepat mungkin memelukku. “jaga dirimu”
“ya mom” kataku melepas pelukan mom yang pasti akan sangat ku rindukan.
Bagaimana mungkin aku bisa memeluk mom lagi kalau sudah berada di negri lain? Ku tarik kopor ku dan membawanya. Banyak sekali orang-orang yang akan pergi ke Wonkrevan, sudah terlihat sangat jelas. Aku pergi ke sana karena mendapat beasiswa dari universitas tempatku belajar.
Bayangkan universitas Nie Wissen yang terkenal karena banyak lulusan terbaik di sana memberiku beasiswa. Aku tau bukan Cuma aku yang mendapat beasiswa, pasti banyak mahasiswa Negara lain yang juga mendapatkannya. Bahkan aku juga mendapat asrama yang bagus untuk tempat tinggalku selama disana. Beruntungnya.
Ku senderkan diriku di kursi yang nyaman ini, ketika pramugari memintaku memakai seatbel aku bingung. Yah aku cukup grogi karena baru pertama kali ini aku naik pesawat. Tapi kemudian pramugari itu memasangkannya untukku.
“seperti ini cara pakainya” katanya sambil menjelaskan cara memasangnya.
“thanks” kataku.
Setelah pilot menginformasikan bahwa akan lepas landas, aku menghadap ke jendela pesawat. Melihat bagaimana pemandangan saat lepas landas, aku begitu takjub melihatnya. Sampai-sampai aku memotretnya.
Mom pasti akan sangat senang kalau aku mengajaknya, pikirku yang saat itu senangnya minta ampun.
Butuh waktu sempat belas jam untuk mencapai Wonkreven, waktu yang cukup untuk membuatku bosan bukan main. Aku mengambil tas kecil yang ku taruh di bagasi atas, ku raba untuk mencari buku noteku dan ponsel begitu juga dengan headset. aku tidak begitu menyukai music, tapi daripada aku harus bosan menunggu selama empat belas jam dengan duduk dan berdiri lalu duduk lagi? Lebih baik begini.
Seorang pramugari mendatangiku. “mau minumnya nona?” katanya sangat sopan menawariku.
“tidak terima kasih” aku menolak dengan halus. Dan pramugari itu pergi dan menanyakan pertanyaan sama pada orang lain di pesawat itu.
Ku harap aku bisa menyesuaikan diri dengan mudah di sana, jujur aku cukup sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Saat di sekolah menengah saja butuh waktu berbulan-bulan untuk bicara pada mereka, di sekolah menengah atas juga butuh berbulan-bulan untuk itu.
Di sana pasti ada perpustakaan yang menarik, dan juga museumnya pikirku, masih kegirangan memikirkan itu.
Aku menguap. Merasa sangat mengantuk, saat ini mataku sudah begitu sipit sampai malas untuk membukanya. Aku menyamankan posisi dudukku dan akhirnya tertidur setelah empat jam membuka mata untuk membaca buku yang tebalnya cukup untuk sebulan atau lebih untuk membacanya.
Setelah empat belas jam aku duduk dan berdiri lalu duduk lagi, akhirnya aku tiba di Wonkreven. Sebuah kota yang cukup besar untuk menampung banyak mahasiswa yang pintarnya minta ampun.

2. AKHIRNYA NIE WISSEN

Ku injakkan kakiku pertama kali di sana. Beginilah rasanya Wonkreven, begitu sejuk dan berbeda dari kota kelahiranku Doisienan. aku bergegas menuju ruang tunggu dan mencari seseorang dari Wonkreven. Aku melihat-lihat dengan saksama mencarinya.
Lalu menghampirinya. “aku Keena Tomoko dari Doisienan” kataku seraya memperkenalkan diri.
“sudah tiba, aku Casey Middleford. Panggil saja aku Cas, ayo ikut aku. Pertama kita akan pergi ke asrama Revan White House dan menaruh kopormu. Oke?”
Aku mengangguk. “tentu—Cas?” singkatku. Dia memberiku jempolnya.
Casey membantuku membawa tas punggungku, dia mengajakku untuk naik kereta. Kereta disini pun berbeda dari Doisienan, tapi tampak lebih kuno di bandingkan di kotaku. Yang ku lihat di stasiun ini banyak sekali gerbong kereta yang masih antic, sepertinya mereka merawatnya dengan sangat baik. Ku hadapkan wajahku ke jendela. Masih banyak pohon-pohon besar yang tinggi dan sangat rimbun.
“cas? Kota bisa ceritakan sejarah kota ini?” tanyaku yang begitu penasaran.
Casey meletakkan jari telunjuknya ke dagunya, seperti sedang berfikir. “tunggu sebentar, yang ku tau hanya sejarah saat kota Wonkreven sedang di kuasai oleh keluarga bangsawan yang terkenal itu—aku lupa namanya”
“keluarga bangsawan?” aku kebingungan.
Ia masih di posisi awalnya. Terus berfikir. “hmm—aku sungguh lupa, yang ku ingat hanya nama akhirnya. Evan kalau tidak salah”
Ku catat di buku noteku.
“kau mencatatnya?” Tanya Casey melihat dengan heran ke buku noteku yang tebal.
“tentu, setiap hal baru yang ku dengar pasti ku catat di sini.” Kataku sambil menutup buku noteku dan memasukannya ke dalam tas.
“pasti bukumu sangat penuh dengan informasi bagus” puji Casey.
“sepertinya begitu cas”
Kereta berhenti, kami sudah sampai di tujuan utama. Pusat kota Wonkreven, aku menarik koporku dan keluar dari kereta. Aku mengikuti Casey yang menujukkan arah pintu keluar padaku. Betapa ramainya kota ini, baru keluar dari stasiun saja sudah banyak sekali orang-orang yang nampaknya berasal dari universitas Nie Wissen.
Aku kembali mengikuti Casey, ia menuntunku menuju Reven White House. Beberapa belokan dan akhirnya kami tiba. Seperti namanya asrama itu bercat putih dengan hiasan yang membuatnya Nampak sangat elegan dan senang di pandang orang lain yang melewatinya. Casey mengajakku masuk, aku mengikutinya dari belakang.
Ia mendatangi seorang pelayan, dan menanyakan kamarku. Setelah mendapatkan kuncinya, Casey memberikannya padaku. Kunci yang sangat antic berwarna kekuningan itu membuatku terpesona. Cantiknya kunci ini, pikirku.
Kami menaiki lift dan menuju lantai tiga. Ini asrama yang besarnya hampir sama dengan sebuah hotel bintang lima, aku masih tidak percaya dengan keindahan bangunan antic ini. Casey berhenti dan memintaku membuka pintu berwarna coklat itu, ku masukan kunci dan memutarnya. Lalu membuka pintunya. Ku nyalakan lampu dan, wah. Kamar yang sangat indah dengan pemandangan yang menunjuk ke arah universitas Nie Wissen.
“itu dia universitas Niwis” katanya menujukkan universitas itu.
“aku sudah tidak sabar untuk kelas pertamaku” kataku begitu semangat.
Casey menepuk bahuku. “hei, itu masih lusa. Sekarang saja masih pukul sepuluh pagi” ujarnya sambil melihat arloji di tangannya. “mau jalan-jalan? Atau istirahat?”
“tentu saja jalan-jalan” seruku.
“kau memang semangat ken, aku yakin pasti golngan darahmu A” katanya berusaha menebak golongan garahku.
Aku terkejut. “benar.. kenapa kau bisa tahu cas?”
“hanya menduga saja”
Casey mengajakku pergi ke Nie Wissen dengan jalan kaki. Aku harus menghapalkan rute jalan ini supaya aku tidak tersesat. Bagaimanapun kota ini sangat besar kemungkinan untuk tersesat jika tidak tau jalan yang akan kita tuju, bayangkan di kota ini ada banyak sekali belokan-belokan dan jalan-jalan dari mulai yang sempit sampai lebar yang memungkinkan seseorang untuk tersesat.


Segini dulu ya xD lanjutannya bakal di upload (ga tau kapan) yah kali aja bisa upload secepatnya. Di chapter ke 3 nanti Keena bakal keliling univ niwis (singkatan aja buat nie wissen)
Si yu next upload gais.. xD share ke temen lain yapヾ(*´∀`*)ノ bai bai~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar